SUDAH lama saya ingin menulis judul di atas yang menjadi uneg-uneg saya. Saya belum percaya diri sebelum bersua dengan pakar bahasa Indonesia untuk dikonsultasikan.

Akhirnya, setelah bersua seorang dosen bahasa Indonesia (namanya tidak mau disebut) dan uneg-uneg saya sampaikan perihal terebut di atas, ternyata dia juga setuju untuk diluruskan.

Saya minta dosen tersebut untuk menulisnya di media cetak atau media elektronik, namun dia tidak bersedia karena belum percaya diri pula, pada hal S2 bahasa Indonesia.

Sudah sejak lama kita mendengar percakapan, baik berupa komentar, diskusi, tanya jawab terutama di media ketika ada pertanyaan pertanyaan kepada nara sumber dan disinilah yang membuat saya risau karena hampir semua narasumber mengawali jawabannya dengan kata; ''Saya Kira'', ''Saya Rasa'' atau ''Saya Pikir''.

Padahal pertanyaan dari pihak kedua baik wartawan maupun siapa saja bisanya dengan kalimat; ''Bagaimana pendapat bapak'' atau ''bagaimana komentar bapak''. Jawabannya tentu menurut saya atau komentar saya. Kenapa jawabannya dengan awal kata ''Saya kira'', ''Saya rasa'' dan ''Saya pikir''.

Kalau itu tetap dibiasakan maka jangan heran orang berkomentar, pantas negeri kita belum maju-maju, karena semua kebijakan atau program progam masih dalam kondisi kira-kira, masih dirasa-rasa dan baru dipikir.

Padahal sebaliknya orang serius begitu dan begitu fokus. Sekali lagi menjawab pertanyaan yang tepat adalah memakai kata ''Menurut saya'' atau ''Pendapat saya'', bukan ''Saya rasa, saya kira dan saya pikir''. Inilah dialog yang terjadi hampir di semua lapisan masyarakat, mulai terendah sampai tertinggi atau rakyat biasa sampai pemimpin dan elit.

Uneg-uneg saya mudah-mudahan banyak yang setuju, seandainya ada yang tidak setuju, tolong dijawab dalam sebuah tulisan, baik di media cetak maupun media elektronik agar menjadi jelas.

Banyak lagi yang ingin diluruskan tentang pemakaian kata-kata seperti ''oleh karenanya'', ''agar supaya'', ''diekspor ke luar negeri'', ''naik ke atas'', ''turun ke bawah'', ''maju ke depan'', ''mundur ke belakang''

Sayangnya hal ini dibiarkan saja oleh ahli dan pakar bahasa Indonesia. Mudah-mudahan di masa mendatang muncul penulis-penulis untuk meluruskan kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat terutama berbahasa Indonesia yang baik.

Semoga bermanfaat sekaligus menyambut hari sumpah pemuda walaupun sedikit terlambat.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah dosen dan Ketua Dewan Pembina IKMR Provinsi Riau.