PANGKALAN KERINCI, GORIAU.COM - "Dasar PLN, kalau kemarau katanya waduk PLTA kering. Sekarang hujan, katanya gangguan alam. Memang alam punya siapa, 'punya-nya' Dahlan Iskan!"

Ungkapan kekecewaan itu terlontar dari mulut Didik (34), warga Kelurahan Kulim, Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru. Ketika itu, Jumat malam (11/10/2013), ayah satu anak ini tengah membersihkan saluran air depan rumahnya yang tengah tersumbat.

Menggunakan jas hujan seadanya, Didik berusaha membersihkan tumpukan sampah-sampah yang menyumbat gorong-gorong drainase. Kala itu, hujan deras melanda sebagian besar Ibu Kota Provinsi Riau.

Akibat hujan berintensitas tinggi, saluran air di dekat kompleks perumahan keluarga Didik tidak mampu menampung air yang akhirnya meluap hingga menggenangi teras rumah kecil yang dicicil dari Bank Tabungan Negara (BTN).

Waktu itu, memang sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru tengah "berpesta", setelah sebelumnya sempat dilanda kemarau yang membuat abu sisa kebakaran hutan mencemari udara. Debit air PLTA milik PLN pun menjadi kering dibuatnya.

"Pesta" menyambut perubahan musim itu "dimeriahkan" dengan "kembang petir" yang setiap saat mengejutkan 'ribuan' balita yang tengah terkantuk.

Angin kencang mengakibatkan atap rumah Didik dan sejumlah tetangganya nyaris beterbangan. Paku-paku yang menancap di tiap sudut plat alumenium itu menjadi kendur hingga akhirnya membuat cela bagi air untuk "menyusup" masuk dan membanjiri rumah petugas kebersihan hotel berbintang ini.

Peristiwa yang datang atas kehendak sang pencipta itu sudah membuat Didik sangat kelabakan. Tapi itu saja tidak cukup, "cebreeet..." listrik milik Perusahaan Listrik Negara pun turut padam.

"Dasar PLN, kalau kemarau katanya waduk PLTA kering. Sekarang hujan, katanya gangguan alam. Memang alam punya siapa, 'punya-nya' Dahlan Iskan!"

Didik menjadi wakil dari ribuan atau bahkan ratusan ribu masyarakat Riau yang sejak beberapa bulan terakhir menjadi korban krisis energi listrik.

Krisis listrik di Riau sudah begitu parah. Kalau diibaratkan, seperti kangker stadium akhir. Namun belum juga 'wafat'.

Parahnya, sejauh ini pemerintah belum mampu menemukan 'penawarnya'. Upaya-upaya yang di lakukan hanya sepatas pertolongan jangka pendek sebelum akhirnya melumpuhkan perekonomian rakyat.(fzr)