GAZA - Kelaparan berkepanjangan yang diderita warga di Jalur Gaza utara, Palestina, akibat penjajahan Israel, menyebabkan kondisi mereka sangat kurus. Saking kurusnya, sebagian di antaranya tidak lagi saling mengenal.

Dikutip dari Kompas.com yang melansir Reuters, Abu Mustafa termasuk warga Gaza yang menderita kelaparan. Kelaparan telah membuatnya kehilangan berat badan lebih dari 25 kg.

"Hanya ada tepung dan makanan kaleng, tidak ada yang lain untuk dimakan, tidak ada sayuran, tidak ada daging, dan tidak ada susu. Berat badan saya turun lebih dari 25 kilogram," kata Abu Mustafa, yang tinggal di Kota Gaza bersama keluarganya, sebagaimana dilansir Reuters pada Rabu (26/6/2024).

Penderitaan Abu justru bertambah baru-baru ini. Rumahnya dihantam oleh tank Israel pada pekan lalu.

Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar lantai atas, sehingga memaksa Abu dan keluarganya tinggal di lantai bawah.

"Tidak ada tempat yang aman di Gaza," katanya.

Ia menyebut, selain pengeboman, ada perang Israel lainnya yang terjadi di Gaza utara, yaitu kelaparan.

"Orang-orang bertemu di jalan dan banyak yang tidak bisa mengenali satu sama lain karena berat badan mereka turun drastis dan terlihat lebih tua," kata Abu Mustafa kepada Reuters melalui aplikasi chatting.

Gaza bagaimanapun masih berisiko tinggi mengalami kelaparan. Bantuan kemanusiaan tak bisa masuk dengan lancar.

Menurut pembaruan dari Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), lebih dari 495.000 orang di seluruh Jalur Gaza menghadapi tingkat kerawanan pangan yang paling parah atau "bencana".

Angka tersebut turun dari perkiraan 1,1 juta pada pembaruan sebelumnya tiga bulan lalu, namun masih lebih dari seperlima populasi Gaza.

Perang Berlanjut

Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan telah menggempur beberapa daerah di Gaza pada Rabu. Penduduk salah satunya mengabarkan pertempuran sengit terjadi di Rafah pada Selasa (25/6/2024) malam.

Warga mengatakan pertempuran meningkat di lingkungan Tel Al-Sultan di Rafah barat. Tank-tank juga disebut telah mencoba untuk memaksa masuk utara Rafah di tengah bentrokan sengit. Sayap bersenjata Hamas dan Jihad Islam mengatakan para pejuangnya menyerang pasukan Israel dengan roket anti-tank dan bom mortir.

Sejak awal Mei, pertempuran darat telah terfokus di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan menjadi tempat perlindungan bagi 1 juta lebih pengungsi.

Pejabat Kesehatan Gaza Petugas medis mengatakan dua orang Palestina tewas dalam satu serangan rudal Israel di Rafah pada Rabu.

Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa pasukannya menewaskan seorang militan Hamas yang terlibat dalam penyelundupan senjata melalui perbatasan antara Rafah dan Mesir.

Dikatakan bahwa jet-jet tempur menghantam puluhan target militan di Rafah semalam, termasuk pesawat tempur, struktur militer dan terowongan.

Sementara itu, di kota Beit Lahiya, Gaza utara, petugas medis mengatakan, serangan udara Israel menghancurkan sebuah rumah, menewaskan empat warga Palestina dan melukai beberapa orang lainnya.

Kampanye darat dan udara Israel di Gaza dipicu ketika Hamas menyerbu masuk ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 sandera, menurut penghitungan Israel.

Di sisi lain, serangan Israel telah menewaskan jauh lebih banyak orang. Kementerian Kesehatan di Gaza terakhir menyebut, serangan Israel sudah menewaskan 37.658 orang. Lebih dari delapan bulan setelah perang berlangsung, mediasi internasional yang didukung oleh Amerika Serikat telah gagal menghasilkan kesepakatan gencatan senjata.

Hamas mengatakan setiap kesepakatan harus mengakhiri perang dan penarikan Israel sepenuhnya dari Gaza, sementara Israel mengatakan mereka hanya akan menerima jeda sementara dalam pertempuran sampai Hamas diberantas.***