PEKANBARU, GORIAU.COM - Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah yang hampir menembus Rp14.000 cukup 'menyakitkan' bagi perekonomian Indonesia. Ditambah penetapan asumsi makro APBN dikoreksi terakhir pada titik Rp13.400.

Khusus Riau, juga dirasakan dampak yang begitu besar. Harga minyak dunia yang juga 'bertengger' di perubahan nilai tukar dolar sangat mempengaruhi kelambanan pergerakan ekonomi di Riau.

Fundamental perekonomian Riau dibangun dari pemasukan produksi minyak, yang juga merupakan pondasi perekonomian terbesar di Tanah Air, yakni mencapai 40 persen.

"Minyak menjadi komoditas terbesar pendapatan negara kita, yakni mencapai 40 persen dari Riau. Jadi wajar semua takut akan pergerakan nilai tukar dolar terhadap rupiah saat ini," kata Kepala Dinas Energi dan sumberdaya Mineral (ESDM) Riau, Syahrial Abdi, Minggu (23/8/2015).

Itu sebabnya, kata Syahrial, pergerakan ekonomi Riau juga dipengaruhi dengan komoditas minyak dan gas. "Ketika terjadi perlambanan, sisi lain akan terpengaruhi," jelas Syahrial.

Dikatakannya, meski Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan menyampaikan, fundamental ekonomi Indonesia masih kuat, namun siapa yang tidak cemas dengan pergerakan dolar tinggi tersebut. "Siapa yang tidak cemas, ini menyangkut ekonomi," tandasnya.

Dirinya hanya berharap agar pemerintah bisa mencarikan solusi akan dampak pergerakan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang tinggi dan tidak bisa ditebak ini. Karena sudah jelas dan dirasakan dampaknya hingga ke ekonomi kecil.

Pemerintah juga harus menurunkan tingkat impor. Selain itu, juga harus meningkatkan ekspor. Walau diakuinya, itu sangat sulit diterapkan.***