SELATPANJANG – Jembatan kempang penyeberangan di Sungai Perumbi yang menghubungkan Desa Alai dengan Desa Gogok Darussalam Kecamatan Tebingtinggi Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau sedang digesa pembangunannya.

Pembangunan jembatan kempang sebagai alternatif pasca ambruknya jembatan Panglima Sampul pada Rabu (22/5/2024) siang itu pun mulai dikerjakan, mengingatkan kebutuhan masyarakat yang harus jadi prioritas.

"Bahannya sudah mulai masuk, kita akan upayakan secepatnya jembatan kempang ini bisa difungsikan," ujar Ruslan, selaku pengelola jembatan kempang yang akan dibangun tersebut saat dihubungi GoRiau.com, Kamis (23/5/2024) siang.

Ruslan memang belum bisa memastikan kapan bisa difungsikan, namun pihaknya akan berusaha semaksimal mungkin agar jembatan kempang tersebut bisa segera dimanfaatkan.

"Kalau targetnya seminggu, namun kita upayakan secepatnya sudah bisa difungsikan. Kita fokus ke jembatannya saja dulu, karena kalau untuk armada kempangnya sudah ada," ungkapnya.

Sebelumnya, Dinas Perhubungan Kepulauan Meranti bergerak cepat untuk mencarikan solusi jangka pendek yakni dengan membuat dermaga penyeberangan dengan material kayu sampai jembatan selesai dikerjakan.

"Jangka pendeknya akan dibangun dermaga transportasi penyeberangan Kempang dari dua sisi yakni di Desa Gogok dan Alai sebagai alternatif akses masyarakat saat ini," ujar Kepala Dishub Kepulauan Meranti, Agusyanto Bakar, S.Sos, M.Si melalui Kepala Bidang Lalulintas dan Angkutan Jalan, Gilang Wana Wijaya Cendikia, S.STP M.Si.

Sementara itu untuk armada kempang sendiri, Gilang mengatakan tiga unit kempang difasilitasi warga setempat untuk akses penyeberangan.

"Kita hanya memfasilitasi, nantinya armada kempang disediakan oleh warga setempat. Tentunya ada biaya yang dikeluarkan, hanya saja kita meminta untuk ongkosnya tidak terlalu mahal," tuturnya.

Dijelaskan Gilang, dalam rapat yang melibatkan berbagai pihak terkait yakni dishub, kepolisian, koramil, camat dan desa setempat, diputuskan bahwa ongkos penyeberangan menggunakan kempang bagi warga dikenakan tarif Rp5.000 untuk sekali nyeberang.

"Kita juga menekankan agar keselamatan penumpang jadi prioritas. Sambil menunggu proses pembuatan dermaga penyeberangan ini selesai, masyarakat bisa menggunakan jalan alternatif yakni lewat Desa Tenan," pungkasnya.

Kepala Desa Alai, Jonnedi menyebutkan beruntung jembatan ambruk tersebut tidak memakan korban jiwa, karena beberapa menit sebelum peristiwa itu terjadi pihaknya bersama sejumlah pihak kepolisian setempat sudah berjaga-jaga di lokasi jembatan.

"Sekitar setengah jam sebelum ambruk, kami bersama pihak Polsek Tebingtinggi Barat sudah berjaga-jaga dan mengingatkan warga agar berhati-hati di jembatan ini," ujar Jonnedi.

Dijelaskan Jonnedi, sebelum ambruk jembatan yang sudah berusia sekitar 21 tahun itu juga sempat bergeser perlahan-lahan sehingga aktifitas warga di atas jembatan itu pun sempat dihentikan.

"Ada bunyi gitu sebelum ambruk, maka kita minta warga yang berada di sekitar lokasi untuk menjauh dan warga yang mau lewat langsung kita setop agar tidak lewat," jelasnya. ***