SIAK - Gerakan Menanam untuk Peningkatan Ketahanan Pangan yang dicanangkan Gubernur Riau di Kampar, Rabu (6/5/2020) sangat memerlukan dukungan massif dari semua pihak. Apalagi gerakan itu dimaksudkan untuk meminimalisir krisis pangan sebagai dampak pandemi Covid 19 di daerah ini.

Hal itu dikatakan Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Riau Drs H Hasan Basri MSi yang ikut menghadiri pencanangan Gerakan Menanam oleh Gubri tersebut.

Meurut Hasan Basri, di acara itu Gubri menyebut bahwa kebanyakan kebutuhan pangan Riau seperti beras, sayur dan lain-lain masih dipasok dari luar provinsi ini. Karena itulah Gubri sangat menggalakkan gerakan tanam sejumlah komoditas pangan seperti padi, jagung singkong, sayur dan lain-lain.

“Kami dari MSI sangat mendukung gerakan itu. Kami juga memandang bahwa Riau juga perlu membentuk BUMD khusus pabrik pakan ternak yang terintegrasi dengan perternakan sapi dan kambing serta pengolahan pupuk organik,” usul Hasan.

Dikatakannya, Riau saat ini memiliki hampir 4.000 hektare lahan singkong yang sudah tertanam. Cukup massifnya budidaya singkong tersebut, menurutnya tidak terlepas dari dukungan Pemprov Riau dan kabupaten/kota yang sangat luar biasa.

“Persoalannya adalah marketnya kemana? Pabrik tapioka yang ada di Riau hanya mampu menampung 100 ton per hari. Sedangkan panen per hari 200 ton. Jika kita ingin kembangkan budidaya singkong dan jagung skala besar untuk ketahanan pangan dalam daerah Provinsi Riau maka Pemprov maupun Pemda kabupaten/kota harus menyiapkan market dari singkong dan jagung tersebut,” ujarnya.

Jika marketnya tidak disiapkan, maka singkong akan dibuat gaplek oleh petani, lalu dijual ke Lampung, Medan, dan Bogor. Di sana gaplek itu dijadikan pakan ternak. Pakan ternak itu, termasuk jagung dan ternaknya dijual kembali ke Riau. Pasalnya, Riau membutuhkan pasokan sapi 100 ribu ekor per tahun. Baik untuk kebutuhan harian maupun kurban.

“Maka agar produk pertanian kita punya nilai tambah bagi masyarakat Riau, perlu segera dibentuk BUMD baru yang profesional, khusus untuk menangani pabrik pakan ternak yang terintegrasi dengan peternakan milik BUMD maupun milik kelompok masyarakat,” tambahnya.

Hal ini kata Hasan, sangatlah diperlukan. Ketika tanam singkong dan jagung digalakkan, marketnya harus tetap ada dalam Provinsi Riau. Menurut dia pula, jika kapasitas produksi pabrik pakan ternak itu 300 ton per hari, maka itu bisa menghidupi 15 ribu ekor sapi dan 50 ribu ekor kambing. Untuk market kambing, katanya, tak perlu risau. Sebab Malaysia membutuhkan pasokan 60 ribu ekor kambing setiap tahun.

“Lagi pula, bahan baku pakan ternak konsentrat di sekitar Riau ini berlimpah ruah. Ada onggok singkong, gaplek singkong, bungkil sawit, kulit kopra, repu sagu, kulit kopi, dedak padi, dan jagung. Hanya molase saja yang harus kita beli dari pabrik gula di Lampung,” ucapnya.

Ditambahkan Hasan Basri, pola terintegrasi pabrik pakan dan peternakan itu akan dihasilkan pupuk kandang minimal 100 ton per hari untuk lahan pertanian.

“Inilah ekonomi rakyat yang sangat kita idamkan bisa berkembang dan dikembangkan bersama di daerah ini,” pungkas mantan camat Mandau tersebut. ***