GORIAU.COM - Nama Tim Chambers cukup dikenal di dunia pendidikan Inggris. Ia merupakan mualaf yang kemudian dikenal sebagai pendiri lembaga pendidikan dan dakwah Islam, Islamic Education and Research Academy (iERA).

Kisahnya menjadi mualaf begitu panjang dan memilukan. Dia sempat mengalami depresi lantaran tidak menemukan makna serta hakikat kehidupan.

Tim terus bertanya tentang apa hakikat hidup. Tak jua menemukan jawaban, jiwa Tim semakin tertekan. Dia mulai mengonsumsi minuman keras untuk membuang beban hidup jauh-jauh.

Baginya, untuk apa ada di dunia ini? Dia tidak membutuhkannya karena dia sendiri tidak tahu tujuannya hidup di dunia.

Dia pernah seharian tidak berbicara kepada siapa pun. Sambil menatap bintang-bintang di langit, Tim mencoba menemukan kebenaran dalam hidup. Tetap saja dia tidak mendapatkan apa-apa.

Tim pun mulai membaca buku-buku astronomi. Dia melihat betapa besarnya alam semesta ini. Dari situ, Tim mulai gemetar. Dia mengakui ada sebuah kekuatan menakjubkan yang membuat semua yang ada di langit bisa mengada.

Meski demikian, dia masih mengalami kegelisahan. Tim kemudian beranjak dari pemikiran tentang kehidupan menjadi bertanya tentang Tuhan dan mengapa dia ada di dunia ini.

Dia terus saja bertanya pada dirinya. Sayangnya, Tim tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Sejak itu, dia terus mencari jawaban dengan mempelajari berbagai agama, tradisi, dan keyakinan lainnya. Tidak satu pun yang bisa memberinya jawaban.

Satu waktu, dia datang ke Malaysia untuk menemui kekasihnya seorang Muslimah. Saat itu bertepatan dengan awal bulan Ramadan.

Tim tidak tahu bahwa saat Ramadan, Muslim menjalankan ibadah puasa dan menjauhi segala yang membatalkan. Dia kaget ketika kekasihnya itu meminta dia untuk tidak menemuinya selama bulan Ramadan.

"Aku tidak tahu pada saat itu dan aku bahkan tidak fokus tentang hal-hal yang berkaitan dengan Muslim karena itu tidak penting bagiku," kenang Tim.

Padahal, Tim berharap melalui kekasihnya dia mendapat kemudahan dalam usaha menemukan kebenaran. Ternyata, semuanya tidak sesuai harapan. Kesal, Tim bertengkar hebat dengan kekasihnya.

Tetapi justru dari pertengkaran itu, Tim penasaran dengan agama Islam. Tim mulai fokus lagi mencari kebenaran yang dicarinya selama ini. Sedikit demi sedikit, setelah membaca buku-buku Islam yang diberikan kepadanya, Tim mulai belajar puasa dan kadang salat di masjid.

Setelah beberapa minggu, Tim melihat dunia seperti tempat yang begitu berbeda. Dia mulai bisa melihat jawaban yang selama ini dicarinya.

"Aku tidak percaya bisa berubah hanya dalam dua minggu saja, dari sosok yang tidak tahu apa pun menjadi orang yang akhirnya punya keyakinan mengapa manusia hidup di dunia ini," tutur Tim.

Kembali ke London, Tim terus belajar tentang Islam, mulai dari membaca buku, berwudhu, salat dan berzikir. "Aku menjadi benar-benar tahu bahwa Islam harus dijalankan dengan cara yang benar," katanya.

Tim akhirnya menyadari bahwa Islam telah memberikan semua jawaban yang selama ini menggelayuti hatinya. Dia pun semakin mantap untuk menjadikan Islam sebagai jalan hidupnya.

Hingga satu pagi di bulan Ramadan, Tim bergegas bangun dan berjalan menuju sebuah masjid. Di masjid itu, disaksikan oleh sekitar 300-400 jamaah, Tim megucapkan dua kalimat syahadat dan menggantinya namanya menjadi Yusuf Chambers.

"Ketika aku menjadi seorang Muslim, aku telah menemukan kembali fitrahku sebagai manusia. Depresi yang selama ini merongrong pikiranku lenyap tak berbekas. Ketergantunganku pada alkohol juga hilang," terang Tim. ***