BENGKALIS, GORIAU.COM - Omset para penenun dan penjahit kain songket di Kabupaten Bengkalis meningkat menjelang lebaran tahun ini. Sebab, banyak masyarakat khusus para kaum ibu dan pria dewasa dari kalangan pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Bengkalis lebih memilih pakaian lebaran berbahan songket, ketimbang pakaian pabrikan.

Tingginya pesanan pakaian berbahan songket ini diutarakan, Zulfa, salah seorang pengerajin dan penjahit pakaian songket di Desa Sebauk, Kecamatan Bengkalis, akhir pekan lalu.

Menurut Zulfa, untuk menjaga kualitas jahitannya ia terpaksa membatasi pesanan, yakni 30 potong pakaian saja. Sebab, ia khawatir pakaian yang dipesan konsumennya tak siap menjelang lebaran.

Kendati laris manis, ia tak lantas menaikkan harga. Zulfa yang mewarisi keahlian menenun turun temurun ini mematok harga Rp300 ribu untuk sepotong bahan songket dengan upaha jahit Rp100 ribu. Jadi dengan uang Rp400 ribu, seorang penggemar pakaian songket sudah dapat menggenakan baju songket.

Kendati dibatasi, ternyata masih ada pelanggan Zulfa yang bersedia pakaian yang dipesannya siap setelah lebaran. Menghadapi pelanggan seperti ini membuat Zulfa agak legah.

"Saya batasi 30 potong saja, takut tak siap menjelang lebaran," ujar Zulfa, pemilik Tenun Anisa ini.

Zulfa yang mendapat penghargaan dari Disperindag Provinsi tahun 2013 lalu, mengungkapkan, selain menerima upah jahit, ia juga menjual bahan songket dengan harga Rp300 ribu perpotong.

Sebagai mana usaha rumah tangga pada umumnya yang selalu terkendala modal, Zulfa pun demikian. Berhubung modalnya minim ia baru bisa mempekerjakan 5 orang penjahit untuk menyelesaikan pesanan konsumennya yang umumnya pegawai negeri sipil.

"Saya bisa saja mempekerjakan karyawan lebih banyak, namun ia terbentur modal usaha," ujarnya.

Berbagai upayah telah dilakukan untuk menambah modal dan mengembangkan usahanya, tetapi selalu kandas. Termasuk proposal kreditnya yang ditolak bank.

Sementara bantuan dari Disperindag maupun Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Bengkalis yang diharapkan juga tak mengucur.

Salah satu pinjaman modal yang bisa dirasakannya berasal dari Usaha Ekonomi Desa-Simpan Pinjam (UED-SP) di desanya, namun jumlahnya terbatas.(jfk)