MADINAH - Sejumlah jamaah haji asal Indonesia mengalami demensia (lupa ingatan) di Madinah, Arab Saudi. Semuanya berusia di atas 65 tahun.

Dikutip dari Republika.co.id, salah seorang jamaah haji yang mengalami demensia di Madinah adalah Aspiatin. Wanita lanjut usia (lansia) asal Magetan, Jawa Timur itu, ditemukan petugas haji di pinggir jalan Kota Madinah. Kepada petugas, Aspiatin mengatakan, dirinya ingin pulang naik angkot ke kampung halamannya di Magetan.

"Saya mau pulang ke Magetan naik angkot," kata Aspiatin kepada petugas haji yang menemukannya.

Di kantor Daerah Kerja (Daker) Madinah, setelah 12 hari jamaah haji tiba di Kota Nabi, setidaknya ada dua jamaah yang diantarkan ke kantor karena demensia.

"Saya sudah puluhan tahun tinggal di sini kok," ujar Suprayanto, saat diajak berbincang oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2024.

Suprayanto merupakan salah seorang jamaah haji Indonesia yang hilang ingatan setelah tiba di Madinah.

Petugas haji di Madinah sering menemukan jamaah lansia yang terpisah dari rombongannya karena lupa nama sendiri, nama keluarga, atau dari mana berasal. Apalagi, pada 2024 ada 45 ribu jamaah lansia dari 241.000 jamaah haji Indonesia yang berangkat ke Tanah Suci.

Apa Itu Demensia?

Kepala Seksi Kesehatan Haji Indonesia Daker  Madinah Dokter Karmijono menjelaskan, demensia yang dialami jamaah lansia dipicu banyak penyebab. Contohnya, kekurangsiapan jamaah lansia untuk perjalanan jauh, terutama yang berangkat tanpa pendamping, stres karena pertama kali naik pesawat, duduk dalam waktu lama bukan dengan keluarga, menahan haus, lapar, dan buang air kecil.

"Pemicunya banyak. Lansia mungkin mengalami ketakutan di pesawat, tapi mereka tidak mengungkapkan perasaannya sehingga membuat lansia stres dan memicu munculnya demensia," katanya.

Dokter Karmijono menjelaskan, kemampuan berpikir dan adaptasi lansia yang cenderung menurun berpengaruh terhadap daya adaptasi dan fleksibilitas terhadap lingkungan baru. Para lansia tersebut kesulitan mengatasi masalah.

Untuk penyebab pasti, tergantung jenis demensia, karena ini sindroma otak progresif. Terlihat dengan gejala memori, perubahan perilaku, dan lain-lain.

"Tapi sebenarnya bergantung juga pada kepribadian masing-masing lansia," tuturnya.

Dia menjelaskan, lansia yang punya penyakit organik sebelumnya, seperti gula atau hipertensi, juga berisiko untuk alami demensia. Apalagi jika lansia tersebut tidak rutin minum obat.

Karena itu Karmijono menekankan masyarakat yang memiliki keluarga lansia yang akan berangkat berhaji untuk mempersiapkan mental orang tua jauh-jauh hari. Mereka diajak bersosialisasi dengan rekan-rekan satu rombongannya agar sudah mengenal sejak di Tanah Air.

"Pada saat manasik dan bimbingan seharusnya lansia sudah disiapkan mentalnya. Diberitahu bahwa akan melakukan perjalanan jauh. Diakrabkan dengan rekan satu rombongannya. Jika sudah ada kenalan sebelum perjalanan, mereka kemungkinan tidak akan stres karena ada teman bicara," kata Karmijono.

Dokter asal Surabaya itu mengingatkan jamaah lansia sebaiknya tidak langsung beribadah ke masjid setibanya di Tanah Suci. Sebaiknya jamaah beristirahat terlebih dulu dan makan makanan yang bergizi.

Keluarga pendamping atau rekan sekamar, kata dia, juga diminta untuk sering-sering menyapa dan mengajak berbincang.

"Mereka sensitif. Ketua rombongan sebaiknya menciptakan suasana kelompok yang saling mendukung sehingga lansia tidak merasa sendiri," katanya.

Di tempat terpisah, Kepala Seksi Layanan Lansia, Disabilitas, dan PKP3JH (Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji) Dokter Leksmana Arry Chandra, menjelaskan tidak sedikit jamaah lansia yang mengalami demensia ketika di Tanah Suci. Baik itu lupa nama, keluarga, maupun merasa masih berada di kampung halamannya.

Pemicu demensia, menurut dokter yang sehari-hari bertugas di Kantor Daker Madinah ini, adà dua hal yakni faktor sosial atau psikososial, dan faktor pribadi atau psikilogis. "Selain itu juga dipicu oleh faktor biologis," katanya.

Gangguan ini, menurut Leksmana, biasanya dipicu faktor genetik. Mereka sudah memiliki potensi gangguan kejiwaan, kemudian kambuh lagi setibanya di Arab Saudi.

Demensia biasanya diikuti dengan gangguan cara berpikir, seperti disorientasi tempat, waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Gejala yang bisa terlihat di awal biasanya seperti mudah lupa, terutama untuk kejadian-kejadian yang baru saja dialami.

Kemudian, sulit mempelajari hal baru, sulit konsentrasi, termasuk sulit mengingat waktu dan tempat, terutama setelah mereka berpindah dari kampungnya.

"Jamaah yang mengalami demensia perlu diberikan stimulasi kognitif. Misalnya dengan mengajak pasien ngobrol dan bersosialisasi atau melakukan pendampingan terhadap pasien untuk mencegah terjadinya demensia," katanya.

Setelah pasien pulih, tetap perlu pendampingan. Sebab, demensia sewaktu-waktu bisa muncul, terutama disebabkan kelelahan dan dehidrasi. Bagi jamaah lansia sangat disarankan untuk beristirahat yang cukup dan tidak memaksakan diri beraktivitas di luar kegiatan ibadah haji.***