PEKANBARU, GORIAU.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Pekanbaru menyatakan udara di ibu kota Provinsi Riau pada Selasa sejak dini hari hingga pukul 07.00 WIB hanya 500 meter akibat asap kebakaran hutan dan lahan.

"Kabut asap diindikasi merupakan kiriman dari Sumatera Selatan," kata Analis BMKG Stasiun Meteorologi Pekanbaru, Indah, lewat sambungan telepon kepada Antara di Pekanbaru, Selasa (4/11).

Ia mengatakan, kabut asap sebenarnya telah menyelimuti sebagian besar wilayah Pekanbaru sejak dua hari terakhir. "Hari ini lebih pekat dan menyisakan jarak pandang maksimum 500 meter. Kondisi tersebut terjadi hingga pukul 07.00 WIB dan pada pukul 08.00 WIB sudah membaik dimana jarak pandang berada di atas seribu meter," katanya.

Indah mengatakan, ada banyak indikator yang mendukung jika asap yang mencemari sebagian besar Pekanbaru merupakan kiriman dari hasil kebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan (Sumsel). Hal itu menurut dia karena titik panas (hotspot) terpantau masih banyak bermunculan di wilayah Sumsel, selain juga ada di beberapa provinsi lainnya termasuk di Riau.

Indah mengatakan, tadi pagi sekitar pukul 05.00 WIB, Satelit Modis Terra dan Aqua merekam kemunculan sebanyak 234 titik panas di Pulau Sumatera. "Hotspot" merupakan indikator terjadinya peristiwa kebakaran hutan dan lahan di suatu wilayah.

Ia mengatakan, titik panas terbanyak memang berada di Sumsel yakni mencapai 194 titik, kemudian di Jambi ada 13 titik, Bangka Belitung 11 titik, dan Lampung ada 10 titik. "Untuk di Provinsi Riau terdapat enam titik panas yang berada di Kabupaten Bengkalis (3), Pelalawan (2) dan Kepulauan Meranti (1 titik)," katanya.

Indah mengatakan, saat ini untuk prakiraan cuaca, sebagian besar wilayah Provinsi Riau berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan-sedang. Arah angin menurut dia dominan dari Tenggara hingga Selatan menuju Barat dan Utara, sehingga masih berpotensi asap hasil kebakaran hutan dan lahan di Sumsel mencemari ruang udara di Riau termasuk Pekanbaru. (ant)