PELALAWAN, GORIAU.COM - 15 ekor gajah di kawasan hutan Taman Nasional Tesso Nilo dalam dua tahun ini. Kematiannya sebagian besar akibat diracun pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Karenanya, kelahiran bayi Gajah dari induk bernama Ria, diharapkan kelak dalam perkembangannya tidak bernasib tragis serupa.

Kepala BBKSDA Riau, Kemal Amas, menyatakan, kelahiran anak Gajah Flying Squad di Taman Nasional Tesso Nilo, Minggu (1/09/2013) masuk usia 24 hari, bahkan, bukan cuma menjadi hadiah hari besar nasional seperti Idul Fitri dan HUT Peroklamasi. Tapi, sekaligus kabar gembira bagi upaya konservasi Gajah dari Taman Nasional Tesso Nilo, Riau.

Mengingat, Kemal mengakui, dua tahun belakangan memang tercatat angka kematian gajah di kawasan hutan tersebut tergolong cukup tinggi.

''Balai Taman Nasional Tesso Nilo dan Balai Besar KSDA Riau tengah melakukan upaya penegakan hukum terhadap kematian Gajah di Tesso Nilo,'' tandasnya.

Faktanya tahun 2012, dua belas ekor Gajah ditemukan mati di Tesso Nilo. Dan, tiga ekor di tahun 2013. Sebagian besar kematian Gajah ini karena diracun. Kondisi ini semakin membuktikan bahwa pemehaman masyarakat sangat rendah, bukan cuma terhadap asset fatwa langka di Indonesia. Tapi, juga kesadaran untuk menghormati mahkluk Tuhan yang semakin langka, sehingga dengan seenaknya meracun hewan dilindungi undang-undang itu.

Sunarto, Ahli Spesies dari WWF-Indonesia juga menambahkan, Gajah memiliki karakter yang mirip manusia. ''Mereka tidak mudah menyerah terhadap keadaan''.

Meski menghadapi laju kehilangan habitat dan konflik yang dasyat, habitat Gajah di tanah air terus berupaya untuk beradaptasi dan berkembangbiak. ''Kelahiran anak Gajah Ria seolah membawa harapan baru bagi konservasi Gajah di Indonesia, khususnya di Taman Nasional Tesso Nilo.''

Syamsidar, Communication Senior Officer, WWF-Indonesia Program Riau, menjelaskan, WWF-Indonesia sebagai salah satu organisasi konservasi independen didukung 5 juta supporter di seluruh dunia. “Jaringan kerjanya tersebar lebih 100 negara.”

Misi WWF adalah menghentikan degradasi lingkungan alam di bumi dan membangun masa depan, di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan harmonis bersama alam dengan melestarikan keanekaragaman hayati dunia.

“Juga memastikan penggunaan sumberdaya alam terbarukan secara berkelanjutan dan mempromosikan pengurangan polusi dan konsumsi yang berlebihan. Pada tahun 2012, WWF merayakan 50 tahun kerja konservasi di Indonesia,” jelasnya. ***