JAKARTA – Petinju perempat finalis Olimpiade 1996 Atlanta, La Paene Masara mengatakan menyedihkan Nasib tinju amatir Indonesia. Pasalnya, Indonesia hampir 20 tahun sudah tidak pernah meloloskan lagi petinjunya ke Olimpiade.

“Sebagai mantan petinju saya melihat dunia tinju amatir Indonesia sangat menyedihkan. Bukan hanya tidak mampu meloloskan petinju ke Olimpiade selama 20 tahun tetapi tidak mengirimkan petinju ke babak kualifikasi Olimpiade,” kata La Paene Masara di Jakarta, Kamis (2/5/2024).

Terakhir petinju Indonesia yang tampil adalah Bonix Saweho di Olimpiade 2004 Athena. Namun, kata La Paene, Bonix tampil dengan fasilitas wild card sedangkan petinju terakhir lolos melalui kualifikasi yakni dirinya dan Hermensen Ballo di Olimpiade 2000 Sydney.

“Terakhir yang lolos itu saya dan Hermensen Ballo melalui Kejuaraan Tinju King’s Cup 2000 Bangkok yang juga babak kualifikasi Olimpiade 2000 Sydney. Saya meraih medali emas kelas 48kg dan Ballo meraih perunggu (the best three),” kata La Paene.

Cabang olahraga tinju termasuk cabor andalan. Bukan hanya menjadi langganan Olimpiade tetapi sudah mampu mengukir prestasi. Selain La Paene, petinju yang lolos perempat finalis Olimpiade adalah Ferry Moniaga (Olimpiade 1984  Los Angeles) dan Albert Papilaya (Olimpiade 1992 Barcelona).

“Terakhir yang lolos itu saya dan Hermensen Ballo melalui Kejuaraan Tinju King’s Cup 2002 Bangkok yang juga babak kualifikasi Olimpiade 2000 Sydney. Saya meraih medali emas kelas 48kg dan Ballo meraih perunggu (the best three),” kata La Paene.

Menurut La Paene, PB Pertina di bawah kepemimpinan Komarudin Simanjuntak harusnya mempelajari kesuksesan kepengurusan terdahulu dimana banyak menggelar kejuaraan Tingkat nasional dan aktif mengikuti event internasional.

“Bukan hanya menggelar kejuaraan nasional yang minim tetapi mengirim petinju ke event internasional pun tidak terdengar. Tidak hanya itu, pelatnas pun tidak digelar,” kata La Paene Masara. ***